Ketua Petani Belitung Timur Dukung Rencana Investasi Kebun Kelapa

Ketua Petani Belitung Timur Dukung Rencana Investasi Kebun Kelapa

Dukungan Petani terhadap Pengembangan Kebun Kelapa di Pulau Belitung

Ketua Kelompok Tani Selendang Mitra Mandiri, Abdulrahman atau yang akrab disapa Man, menyambut baik rencana pengembangan kebun kelapa skala besar di Pulau Belitung, Bangka Belitung. Ia menegaskan dukungan terhadap program tersebut selama dikelola secara jelas dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

“Tanggapan kami bagus. Soalnya masyarakat maunya maju. Kalau kegiatannya bagus, kami mendukung,” ujar Man seusai menghadiri pertemuan kelompok tani bersama Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dan investor di Wisma Bougenville, Sabtu (26/7/2025).

Read More

Man memiliki lahan seluas 2,5 hektare di Kelapa Kampit, yang saat ini ditanami sekitar 600 batang pohon karet sejak tahun 2013. Karena tanaman karetnya masih produktif, ia tidak ingin lahan itu dialihkan. Namun, ia tetap membuka peluang untuk mengikuti program kebun kelapa dengan memanfaatkan lahan lain.

“Kalau diberi perorangan, aku mau tumpang sari dengan karet. Tapi karena kelihatannya ini dikelola perusahaan, aku usulkan lahan di luar HTR (hutan tanaman rakyat), misalnya di kawasan hutan produksi (HP),” ungkapnya.

Ia berencana segera mengumpulkan anggota kelompok tani untuk mendata lahan-lahan milik warga di sekitar kawasan HP. Lahan-lahan tersebut nantinya akan diajukan untuk ikut dalam skema kerja sama dengan investor.

Sementara itu, lahan HTR yang sudah ditanami karet tetap dipertahankan karena masih menghasilkan. “Kan sayang kalau ditinggalkan. Jadi aku pikir, kita usulkan lahan lain untuk program kelapa ini, sambil juga urus legalitasnya. Yang penting komunikasi,” katanya.

Man menilai program ini sebagai peluang alternatif bagi petani, terutama di tengah kesulitan ekonomi dan semakin terbatasnya hasil dari tambang timah maupun laut.

Skema Kerja Sama yang Ditawarkan Investor

Perwakilan investor, Wardinan, menjelaskan bahwa pihaknya menyiapkan modal hingga Rp1 triliun untuk pengembangan kebun kelapa di Belitung. Skema kerja sama berbasis lahan milik masyarakat tanpa pembelian lahan, dengan imbal hasil sebesar 20 persen dari panen dan dukungan bibit, pupuk, hingga ongkos tanam dari perusahaan.

Investor juga menegaskan pentingnya legalitas lahan dan menyarankan sistem tumpang sari dengan tanaman jagung selama masa pertumbuhan pohon kelapa hingga masa panen yang diperkirakan memerlukan waktu lima tahun.

Proyek yang Diusung oleh Gubernur

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hidayat Arsani, sebelumnya menyatakan proyek ini akan dimulai dengan penanaman 200 ribu bibit kelapa dan ditargetkan menciptakan satu juta lapangan kerja. Pabrik pengolahan kelapa juga akan dibangun, dengan kapasitas serapan hingga 5.000 tenaga kerja.

“Lahan dari masyarakat, bibit dari investor. Nanti hasilnya dibagi,” kata Hidayat.

Program ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif bagi para petani yang mengalami kesulitan ekonomi akibat turunnya hasil tambang dan laut. Dengan adanya kebun kelapa skala besar, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Potensi Ekonomi dan Lingkungan

Pengembangan kebun kelapa ini bukan hanya berdampak pada ekonomi masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan. Dengan sistem tumpang sari, lahan bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa merusak ekosistem. Selain itu, kebun kelapa juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang stabil bagi para petani.

Seluruh pihak, termasuk petani, investor, dan pemerintah daerah, sepakat bahwa keberhasilan proyek ini bergantung pada komunikasi yang baik dan keterlibatan aktif masyarakat. Dengan kolaborasi yang kuat, harapan besar diarahkan agar proyek ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif jangka panjang.