Kebun Rania: Ibu Muda Boyolali Ajak Anak Baca Buku dan Bermain Tradisional

Kebun Rania: Ibu Muda Boyolali Ajak Anak Baca Buku dan Bermain Tradisional

Perpustakaan Mandiri di Tengah Kehidupan Sehari-hari

Di tengah kota yang semakin sibuk, ada sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan kegembiraan bagi anak-anak. Tempat tersebut adalah Kebun Rania, sebuah perpustakaan mandiri yang dibangun oleh Dyah Bodrohini, seorang ibu rumah tangga yang memiliki mimpi besar untuk mengurangi penggunaan ponsel pada anak-anak. Lokasi Kebun Rania berada di Dukuh Jetis, Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, tidak jauh dari Solo. Meski belum terlalu dikenal secara luas, tempat ini telah menjadi tujuan bagi banyak keluarga yang ingin memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.

Ruangan Penuh Kebersamaan dan Kegembiraan

Saat masuk ke dalam Kebun Rania, penulis langsung disambut oleh empat rak buku yang rapi dan tertata dengan baik. Rak pertama berisi buku cerita anak-anak dengan sampul yang menarik dan warna-warni. Rak kedua lebih serius dengan berbagai jenis buku seperti ensiklopedia mini, buku pengetahuan alam, atlas, hingga buku motivasi remaja. Rak ketiga memuat buku bacaan umum seperti novel, biografi, dan buku sejarah. Sementara itu, rak keempat menampilkan berbagai mainan, boneka, dan permainan tradisional yang bisa digunakan anak-anak untuk bermain sekaligus belajar.

Read More

Di tengah ruangan terdapat meja bundar kecil dengan kursi mungil yang cocok untuk anak-anak. Di pojok ruangan, terdapat karpet hijau dan bantal-bantal kecil yang menjadi favorit anak-anak saat membaca sambil bersantai. Suasana di dalam ruangan terasa tenang dan nyaman, dengan aroma kertas dan kayu yang membuatnya terasa seperti rumah sendiri.

Aktivitas Bermain dan Membaca yang Menyenangkan

Teras rumah juga menjadi bagian penting dari Kebun Rania. Di sini terdapat berbagai permainan tradisional seperti bakiak kayu, egrang kecil, congklak, kelereng, dan bekel. Dyah menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah agar anak-anak tidak hanya fokus pada membaca, tetapi juga bisa bergerak dan bermain. Ia ingin anak-anak merasa betah dan senang berada di tempat ini.

Beberapa anak datang ke Kebun Rania setiap hari. Mereka melepas sandal dan terbagi menjadi dua kelompok: sebagian langsung menuju rak buku, sementara yang lain melanjutkan permainan di teras. Suara tawa dan kegembiraan terdengar jelas saat beberapa bocah mencoba berjalan menggunakan bakiak dan hampir terjatuh. Dyah dengan ramah memberi arahan dan mengajarkan cara bermain yang benar.

Suasana Tenang dan Damai

Di dalam rumah, suasana jauh lebih tenang dan damai. Seorang bocah perempuan duduk di kursi kecil sambil membalik halaman buku cerita bergambar. Dua bocah lain duduk di karpet, salah satunya tengkurap sambil membaca buku dinosaurus. Penulis memilih duduk di kursi dekat jendela, yang memberikan pandangan ke halaman belakang dengan pohon mangga yang rimbun. Suara burung kecil sesekali terdengar, menambah kesan damai dan tenang.

Dyah menjelaskan bahwa konsep Kebun Rania adalah membuat anak-anak merasa nyaman seperti di rumah. Ia percaya bahwa jika tempat ini terlalu kaku seperti sekolah, anak-anak akan malas datang. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menciptakan suasana yang hangat dan ramah.

Awal Mula Mimpi yang Menjadi Nyata

Dyah mengakui bahwa dulu dirinya bukanlah pembaca buku yang rajin. Bahkan, ia pernah malas menyentuh buku sama sekali. Namun, satu berita di televisi awal 2022 mengubah segalanya. Isi berita tersebut menyebutkan bahwa dari seribu anak Indonesia, hanya satu yang suka membaca. Hal ini membuat Dyah terkejut dan memutuskan untuk mengubah kebiasaan anaknya.

Ia mulai sering mengajak anaknya ke perpustakaan, membeli buku, dan akhirnya koleksinya memenuhi rumah. Kini, jumlah buku di Kebun Rania mencapai 3.000 eksemplar. Sebagian besar dibeli sendiri, sementara sebagian lainnya merupakan sumbangan dari orang-orang yang mendukung niatnya.

Kegiatan di Luar Rumah

Selain beroperasi di rumahnya, Dyah juga aktif dalam berbagai kegiatan di luar. Misalnya, ia sering mengadakan acara di car-free day atau taman-taman bermain lainnya. Biasanya, ia membawa buku dan membuat berbagai permainan tradisional seperti hompipah, mainan ular tangga, dan dakocan. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman yang berbeda dan menarik bagi anak-anak.