Warga Desa Tokilo Poso Takut Tidur di Rumah, Trauma Gempa Masih Menghantui

Warga Desa Tokilo Poso Takut Tidur di Rumah, Trauma Gempa Masih Menghantui

Warga Desa Tokilo Masih Bertahan di Tenda Pengungsian Akibat Trauma Gempa

Warga Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, masih tinggal di tenda pengungsian meski berbagai upaya telah dilakukan untuk memulihkan kondisi. Pada Sabtu (26/7/2025), warga terlihat tetap memilih tinggal di tempat yang disediakan sebagai perlindungan dari gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut dalam dua pekan terakhir.

Gempa bumi yang terjadi secara beruntun membuat sebagian besar penduduk merasa tidak aman untuk kembali ke rumah mereka. Bahkan, aktivitas harian seperti bekerja dan berdagang sudah kembali normal, namun malam hari menjadi waktu yang penuh ketakutan bagi warga. Mereka lebih memilih tidur di tenda daripada menghadapi kemungkinan gempa susulan.

Read More

Kepala Desa Tokilo, Hertian, menjelaskan bahwa hampir seluruh warga memilih tinggal di tenda pengungsian. Ia menyampaikan hal ini melalui sambungan telepon kepada media. “Hampir semua warga saya tinggal di tenda pengungsian, cuma aktivitas sudah kembali seperti biasa,” ujarnya.

Desa Tokilo memiliki populasi sekitar 596 jiwa. Sebagian besar warga mendirikan tenda di depan rumah masing-masing, sementara sebagian lainnya memilih mengungsi ke titik pengungsian yang telah disiapkan oleh pemerintah desa. Di Dusun 1 dan 2, terdapat tempat pengungsian yang dikelola oleh pihak desa. “Hampir semua warga bangun tenda untuk pengungsian,” tambah Hertian.

Trauma warga dipicu oleh dua kali gempa beruntun dalam jarak waktu yang singkat. Gempa pertama terjadi beberapa minggu lalu, sedangkan gempa kedua terjadi dalam waktu dekat. Kedua gempa tersebut memiliki pusat gempa yang berada di wilayah desa, sehingga meningkatkan rasa takut pada warga.

“Di dalam jarak dua minggu, terjadi lagi gempa. Apalagi pusatnya di sini. Jadi ada trauma warga, sekarang kalau malam tidak mau tidur di rumah,” ujar Hertian.

Hingga Sabtu pagi, gempa susulan masih terjadi. Terakhir dirasakan warga sekitar pukul 05.30 WITA. Meskipun kekuatannya hampir sama dengan gempa awal, durasinya lebih singkat, namun guncangannya tetap terasa kuat. Hal ini semakin memperkuat rasa takut pada warga.

Hertian juga menyebutkan beberapa kebutuhan mendesak yang dibutuhkan oleh warga di lokasi pengungsian. Mulai dari tenda, alas tidur, selimut, makanan siap saji, hingga vitamin. “Kami harap ada bantuan masuk, karena warga masih takut pulang dan sangat membutuhkan perlengkapan dasar untuk bertahan di tenda,” pungkasnya.